Senin, 18 April 2016

RAKSASA TAMBANG AKHIRNYA TUMBANG

LONDON, KOMPAS.com - Peabody Energy, perusahaan tambang batu bara swasta terbesar di dunia baru saja mengajukan proteksi atas kebangkrutan.

Raksasa tambang ini terkena dampak anjloknya harga batu bara dan membuat utang-utang tak bisa dibayar. Pihak Peabody menyatakan, pengajuan proteksi kebangkrutan ini guna mengurangi utang dan agar tambang serta kantor dapat terus beroperasi.

"Ini adalah keputusan yang sulit, namun ini langkah yang tepat bagi Peabody ke depannya," ungkap CEO Peabody Glenn Kellow.

Masalah utang Peabody mulai muncul sejak memutuskan untuk mengambil alih perusahaan tambang Macarthur yang tidak lain adalah pesaing Peabody sendiri.

Peabody membayar 5 miliar dollar Australia untuk membeli Macarthur pada tahun 2011. Akan tetapi, harga batu bara yang kian merosot dan menurunnya permintaan secara tajam membuat Peabody kesulitan melunasi utang.

Langkah yang diambil Peabody ini adalah satu dari gelombang kebangkrutan yang dialami industri tambang.

Perusahaan-perusahaan tambang harus bergumul dengan kombinasi rendahnya harga energi, regulasi lingkungan yang makin ketat, dan pergeseran ke penggunaan gas alam.

"Faktor-faktor yang mempengaruhi industri batu bara global dalam beberapa tahun tidak bisa dihindari. Industri tertekan dalam beberapa tahun terakhir karena turunnya harga bau bara metalurgi, lemahnya ekonomi China, overproduksi gas serpih domestik, dan tantangan regulator," tulis Peabody dalam dokumen kebangkrutannya.

Dokumen kebangkrutan Peabody adalah salah satu yang terbesar di sektor industri komoditas sejak harga energi dan metal terpuruk pada pertengahan 2014 hingga kini.

Harga turun drastis lantaran permintaan di negara-negara emerging markets seperti Brazil dan China mulai melambat.